Tropical Forest Alliance dan Kadin Indonesia Teken Kerja Sama Pengelolaan Hutan

Pemerintah Indonesia berkomitmen menjaga suhu bumi tetap dibawah 1,5 2 derajat berdasarkan penetapan Agenda Perubahan Iklim 2030 lewat pengumpulan capaian NDC yang terbaru. Saat ini, pemerintah meningkatkan capaian NDC dari 29 persen ke 31,89 lewat upaya sendiri, dan 43 persen meningkat dari 41 persen atas bantuan asing. Hal ini sebagaimana dikutip dari laman website (menlhk.go.id) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI).

Komitmen ini juga tertuang didalam Undang Undang Cipta Kerja (UUCK) Nomor 11 Tahun 2020 dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 untuk mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan lewat model bisnis pemanfaatan multisaha kehutanan. Dalam upaya mendukung pemerintah Indonesia menuju Indonesia FOLU Net Sink Tropical Forest Alliance (TFA), bagian dari World Economic Forum yang juga diwadahi oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) mendorong tercapainya rantai pasok yang bebas deforestasi lewat pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan inklusif. Bersama Kadin Indonesia, TFA mendukung kerja sama mewujudkan platform komunikasi, sharing informasi, konsultasi serta advokasi praktek baik para pihak, yang bekerja sama dengan Kementerian Penanaman Modal dalam mendukung investasi yang berkelanjutan.

Sebagai bentuk dukungan terhadap agenda iklim lewat investasi yang berkelanjutan, TFA dan The Investors Policy Dialogue on Deforestation (IPDD) serta KADIN menandatangani perjanjian kerja sama (MoU) yang mana TFA diwakili Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) sebagai entitas Tropical Forest Alliance (TFA) di Asia Tenggara. Penandatanganan MoU ini bertujuan untuk mendukung tercapainya agenda iklim FOLU Net Sink 2030 lewat pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan inklusif. Kadin Indonesia melalui platform Regenerative Forest Business Sub Hub (RFBSH) menjadi salah satu hub yang memfasilitasi dialog kebijakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, pengembangan model usaha multiusaha kehutanan, pengembangan fasilitas keuangan yang berbasis prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).

Penandatanganan kesepakatan kerja sama tersebut diikuti sesi diskusi. Silverius Oscar Unggul selaku Deputy General Chairperson for Environment and Forestry KADIN Indonesia mengatakan bahwa multiusaha Kehutanan (MUK) sebagai jalan baru terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di Indonesia dengan mengedepankan upaya transformasi usaha kehutanan menjadi multiusaha kehutanan, sebagai solusi pengelolaan hutan yang berkelanjutan. "Istilah regenerative berbeda dengan degenerative. Degenerative merupakan upaya mengembalikan lahan yang rusak menjadi baik dan berlanjut, sedangkan regenerative tidak hanya bicara soal perbaikan fungsi lahan tapi juga memberikan nilai tambah usaha bagi lingkungan, sosial, dan budaya," kata dia dalam siaran pers, Kamis (3/11/2022).

Sementara, Rukmantara selaku Project Manager RFBSH turut menambahkan bahwa regenerative forest business menjadi upaya transformasi bisnis timber based menjadi multi product based forest management. Ia mengatakan pendekatan inklusif yang KADIN lakukan mentransformasi “the earlier condition” menjadi “the better condition” untuk menjembatani end to end pelaku bisnis (hulu hingga hilir). Ia memerinci, terdapat tiga pendekatan yang diusung yaitu, Learning: mempelajari sistem integrasi agroforestry, non timber forest products dan payment environmental services dalam bisnis pengelolaan hutan yang berbasis kayu.

Dialogue: menyelenggarakan dialog nasional multistakeholder membahas tantangan dan solusi implementasi MUK. Implementing: kerja sama lintas dan multi aktor pada tingkat on farm dan off farm melalui skema business matching meeting untuk identifikasi potensi komoditas prospek, peluang pasar, multi sector business networking (kehutanan sebagai penyedia lahan bekerja sama dengan perusahaan lain misalnya perusahaan makanan, perusahaan obat obatan, hingga perusahaan bidang energi terkait program co firing). Mewakili IPDD, Olga Hancock, Deputy Head, Responsible Investment dalam kapasitasnya sebagai Church Commissioners for England sekaligus Co Chair IPDD Indonesia, menyatakan pihaknya mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi deforestasi.

"Dan dengan demikian memberi sinyal kepada pemerintah secara global bahwa aliran modal internasional mendukung agenda pembangunan berkelanjutan," ujarnya. Sejalan dengan hal di atas, kepala sekretariat IPDD, Daniela Carrera dari Tropical Forest Alliance Global menyatakan lembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan tidak perlu saling eksklusif. "Untuk mencapai keduanya secara bersamaan, diperlukan dialog yang dapat dipercaya dan upaya bersama. Melalui IPDD kami menciptakan sarana untuk mencapai tujuan," katanya.

Hal ini disikapi positif oleh IBCSD, selaku asosiasi Bisnis yang didirikan oleh KADIN, Indah Budiani, Direktur Eksekutif menyatakan bahwa dalam rangka mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan MoU ini, IBCSD akan ikut mendorong pengelolaan hutan lestari dengan memfasilitasi dialog kebijakan terkait dengan praktek pengelolaan kehutanan yang berkelanjutan. "Memfasilitasi dialog pengembangan model usaha terkait dengan sektor kehutanan yang telah membuka peluang perizinan berbasis multi usaha, dan memfasilitasi dialog untuk membuat Pengembangan fasilitas keuangan yang berbasis prinsip ESG," katanya. Untuk menutup rangkaian dialog tersebut, Rizal Algamar selaku Direktur Regional TFA mengatakan peran Tropical Forest Alliance disini adalah untuk meningkatkan upaya gotong royong untuk mendorong transisi secara global menuju rantai pasok yang bebas deforestasi, memobilisasi investasi serta secara konsisten mendukung masa depan yang positif untuk keberlanjutan hutan.

"Gotong royong mendukung agenda iklim merupakan satu satunya upaya untuk memastikan keberlanjutan masyarakat yang sejahtera," katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *